This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Rabu, 26 September 2012

Mengetahui harga Perolehan dari Pembelian Perusahaan

          Di malam yang sangat sunyi dan sendu ini mencoba menulis satu kisah yang sangat dramatis dikalangan mahasiswa Akuntansi  berjudul "Harga Perolehan" lebay buanget. Mengkapitalisasi nilai perusahaan adalah menilai kembali nilai buku perusahaan (book value)  menjadi nilai pasar atau wajar (Fair Value). Ketika perusahaan B menjual Capital miliknya maka perlu di lakukan Revaluasi semua asset yang dimiliknya menjadi nilai yang pantas untuk di jual. Biasanya perusahaan menjual jauh dari nilai bukunya, jika yang dijual hanya sebagian maka perusahaan B biasanya tidak melakukan revaluasi terhadap assetnya pada buku miliknya namun hanya dalam penentuan harga yang pantas untuk dibayar perusahaan A saja. Selisih antara nilai buku dan nilai wajar dari penjualan asset tersebut dianggap sebagai keuntungan dari pelepasan asset. Berbeda dengan perusahaan B yang tidak melakukan perubahan berarti dalam buku perusahaan miliknya, Perusahaan A sebaliknya melakukan revaluasi nilai asset yang dimilikinya untuk mengetahui seberapa besar diferrensial yang dimilikinya terhadap nilai buku perusahaan B sehingga memudahkannya menghitung kembali fair value perusahaan yang baru dibelinya.

          Untuk memudahkan pengertian dari kapitalisasi nilai perusahaan ini, berikut saya berikan contohnya;
Perusahaan MM (Mondar Mandir) membeli capital perusahaan TD (Tidak Ketemu) dengan nilai buku sebesar $120.000. Nilai wajar dari asset yang di beli perusahaan TD adalah untuk tanah $35000, Peralatan dan bangunan $ 45000, Kendaraan  $25.000 dan mesin $ 30.000. Pertanyaan nya cukup gampang Tuliskan jurnal pada saat perolehan:

Penyelesaian:
Cekidot

Tanah                          35000/135000 x 120000                  31.111
Peralatan & Bangunan  45000/135000 x 120000                  40.000
Kendaraan                   25000/135000 x 120000                  22.222
Mesin                           30000/135000 x 120000                  26.666
     
                   Kas                                                                                      120.000     

See you again                        

Rabu, 19 September 2012

PENGANTAR AKUNTANSI KEPERILAKUAN




A.    Akuntansi keperilakuan – Tinjauan umum
Akuntansi merupakan suatu sistem untuk menghasilkan informasi keuangan yang digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan bisnis. Tujuan informasi tersebut adalah memberikan petunjuk dalam memilih tindakan yang paling baik untuk mengalokasikan sumber daya yang langka pada aktivitas bisnis dan ekonomi. Motivasi dan perilaku dari pelaksana sistem informasi akuntansi menjadi aspek penting dari suatu sistem informasi akuntansi. Pihak pemakai laporan keuangan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu pemakai internal (internal user) dan pemakai eksternal (external user). Pemakaian oleh pihak internal dimaksudkan untuk melakukan serangkaian evaluasi kinerja. Pihak eksternal juga memiliki suatu rangkaian perilaku yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan organisasi. Pihak eksternal sama dengan pihak internal, tetapi mereka labih berfokus pada jumlah investasi yang mereka lakukan dalam organisasi tersebut.
Binberg dan Shields (1989) mengklasifikasikan riset akuntansi keperilakuan dalam lima aliran (school) , yaitu :
  1. Pengendalian manajemen (management control)
  2. Pemrosesan informasi akuntansi (accounting information processing)
  3. Desain sistem informasi (information system design)
  4. Riset audit (audit research)
  5. Sosiologi organisasional (organizational sociology)
Informasi akuntansi dirancang untuk suatu dasar bagi pengambilan banyak keputusan penting di dalam maupun diluar perusahaan. Sistem informasi dimanfaatkan untuk membantu dalam proses perencanaan, pengkoordinasian dan pengendalian yang kompleks, serta aktivitas yang saling berhubunga untuk memotivasi orang-orang pada semua tingkatan didalam perusahaan Awal perkembangan riset akuntansi keperilakuan menekankan pada aspek akuntansi manajemen khususnya penganggaran (budgeting), namun yang dominan dalam hal ini terus berkembang dan bergeser searah akuntansi keuangan, sistem informasi akuntansi, dan audit. Banyak volume riset atas akuntansi keperilakuan dan meningkatnya sifat spesialisasi riset, serta tinjauan studi secara periodik, akan memberikan manfaat untuk beberapa tujuan berikut ini :
  1. Memberikan gambaran state of the art terhadap minat khusus dalam bidang baru yang ingin diperkenankan
  2. Membantu dalam mengindentifikasikan kesenjangan riset
  3. Untuk meninjau dengan membandingkan dan membedakan kegiatan riset melalui sebidang akuntansi, seperti audit, akuntansi manajemen dan perpajakan
Perkembangan yang pesat dalam akuntansi keperilakuan lebih disebabkan karena akuntansi secara simultan dihadapkan dengan ilmu-ilmu social secara menyeluruh. Akuntansi keperilakuan menggunakan metodelogi ilmu pengetahuan perilaku untuk melengkapi gambaran informasi dengan mengukur dan melaporkan faktor manusia yang mempengaruhi keputusan bisnis dan hasil mereka. Akuntansi keperilakuan menyediakan suatu kerangka yang disusun berdasarkan teknik berikut ini :
  1. Untuk memahami dan mengukur dampak proses bisnis terhadap orang-orang dan kinerja perusahaan
  2. Untuk mengukur dan melaporkan perilaku serta pendapat yang relevan terhadap perencanaan strategis
  3. Untuk mempengaruhi pendapat dan perilaku guna memastikan keberhasilan implementasi kebijakan perusahaan
B.     Akuntansi Konvensional
Merupakan akuntansi sebagai suatu disiplin jasa yang mampu memberikan informasi yang relevan dan tepat waktu mengenai masalah keuangan perusahaan dan untuk membantu pemakai internal dan eksternal dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. Informasi keuangan melalui pelaporan keuangan sebagai hasil dari sistem informasi keuangan memiliki tujuan yang beberapa diantaranya adalah :
1.     Menyediakan informasi laporan keuangan yang dapat dipercaya dan bermafaat bagi investor serta kreditor sebagai dasar pengambilan keputusan dan pemberian kredit.
2.     Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan dengan menunjukan sumber-sumber ekonomi (kekayaan) perusahaan serta asal dari kekayaan tgersebut
3.     Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba
4.     Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melunasi utang-utangnya
5.     Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan sumber-sumber pendanaan perusahaan
6.     Menyediakan informasi keuangan yang dapat membantu para pemakai dalam memperkirakan arus kas masuk ke dalam perusahaan.
C.    Akuntansi sebagai Suatu Sistem Informasi
Sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang kompleks dan dibentuk dari berbagai komponen yang saling berkaitan. Karakteristik sistem secara keseluruhan harus memiliki sasaran, input output, dan lingkungan untuk mencapai target geser yang telah ditetapkan.
Akuntansi adalah Sistem
Sistem informasi yang baru dapat juga menimbulkan hubungan kerja yang baru diantara karyawan yang ada, perubahan pekerjaan, bahkan mungkin perubahan struktur organisasi. Dukungan manajemen puncak merupakan suatu faktor penting yang menent penting yang menentukan efektukan efektivitas penerimaan sistem informasi dalam organisasi. Jackson (1986) mengemukakan beberapa alasan mengapa keterlibatan manajemen puncak dalam pengembangan sistem informasi merupakan hal yang penting, yaitu :
  1. Pengembangan sistem merupakan bagian yang terintegrasi dengan perencanaan perusahaan.
  2. Manajemen puncak merupakan fokus utama dalam proyek pengembangan sistem.
  3. Manajemen puncak menjamin penekanan tujuan perusahaan daripada aspek teknisnya.
  4. Pemilihan sistem yang akan dikembangkan didasarkan pada kemungkinan manfaat yang akan diperoleh dan manajemen puncak mampu untuk menginterprestasikan hal tersebut.
  5. Keterlibatan manajemen puncak akan memberikan kegunaan dan pembuatan keputusan yang lebih baik dalam pengembangan sistem.
Keterlibatan pemakai dalam pengembangan sistem informasi adalah bagian integral dari kesuksesan suatu sistem informasi. Keterlibatan pemakai ini harusnya ada pada semua tahap yang dinamakan siklus hidup pengembangan sistem. Tahapan tersebut adalah perencanaan, analisis, perancangan, implementasi dan pascaimplementasi. Untuk mengukur keterlibatan pemakai ini, Ives dan Olson (1984) mengemukakan enam tingkatan keterlibatan pemakai dalam pengembangan sistem informasi, yaitu :
Tidak ada keterlibatan (no-involvement)
1.      Keterlibatan simbolis (symbolic involvement)
2.      Keterlibatan atas saran orang lain (involvement by advice)
3.      Keterlibatan dengan pengendalian yang lemah (involvement by weak control)
4.      Keterlibatan dengan melakukan (involvement by doing)
5.      Keterlibatan dengan pengendalian yang kuat (involvement by strong control)
Keterlibatan Manajemen Puncak Dalam Pengembangan Sistem
Perencanaan Strategis
Perencanaan Sistem
Implementasi
a. Kandungan proses perencanaan strategis
a. Integrasi Sistem
a. Pengendalian rencana implementasi
b. Kegunaan rencana
b. Tingkat rincian rencana proyek
b. Keterbatasan sumber daya
c. Keterpaduan dalam rencana
c. Integrasi hardware
c. Pencapaian tujuan perencanaan
d. Pengkoordinasian tindakan perencanaan
d. Perencanaan proyek

 
D.    Akuntansi adalah Informasi
    Akuntansi dapat dipandang sebagai suatu informasi. Perusahaan harus berupaya untuk mengoptimalkan peran informasi ini untuk mencapai tujuannya. Informasi yang diperlukan oleh manajemen harus memiliki karakteristik seperti akurat dan tepat waktu. Tersedianya informasi secara cepat, relevan, dan lengkap lebih dikarenakan adanya kebutuhan yang sangat dirasakan oleh masing-masing unit bisnis untuk mendapatkan posisi keunggulan kompetitif. Agar proyek pengembangan sistem informasi tidak sia-sia, perlu dipahami tahapan-tahapan dalam pengembangan sistem tersebut seperti yang diutarakan oleh Bodnar dan Hopwood (1995), yaitu :
1.      Perencanaan dan analisis sistem yang meliputi formulasi dan evaluasi solusi-solusi masalah sistem dan penekanannya pada tujuan keseluruhan sistem
2.      Perancangan sistem yaitu proses menspesifikan rincian solusi yang dipilih oleh proses analisis sistem
3.      Implementasi sistem yaitu proses menempatkan rancangan prosedur-prosedur dan metode baru atau revisi ke dalam operasi
Sebagai sistem informasi, akuntansi juga sering disebut "bahasa bisnis" yang dapat menyediakan atau memberikan informasi penting mengenai kegiatan ekonomi. Dikatakan seperti itu sebab akuntansi dapat berperan sebagai media komunikasi yang mengkomunikasikan berbagai fenomena, gejala, dan peristiwa ekonomi yang terjadi disuatu organisasi bisnis kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan fenomena, gejala dan peristiwa ekonomi tersebut.
E.     Perkembangan Sejarah Akuntansi Keperilakuan
Riset akuntansi keperilakuan merupakan suatu bidang baru yang secara luas berhubungan dengan perilaku individu, kelompok, dan organisasi bisnis, terutama yang berhubungan dengan proses informasi akuntansi dan audit. Studi terhadap perilaku akuntan atau perilaku dari non akuntan telah banyak dipengaruhi oleh fungsi akuntan dan laporan (Hofstede dan Kinerd, 1970). Riset akuntansi keperilakuan meliputi masalah yang berhubungan dengan:
1.  Pembuatan keputusan dan pertimbangan oleh akuntan dan auditor.
2.  Pengaruh dari fungsi akuntansi seperti partisipasi dalam penyusunan anggaran, karakteristik sistem informasi, dan fungsi audit terhadap perilaku baik karyawan, manajer, investor, maupun Wajib Pajak.
3.  Pengaruh dari hasil fungsi tersebut, seperti informasi akuntansi dan pengunaan pertimbangan dalam pembuatan keputusan
Pada bulan Juni 1951, Controllership Foundation of America mensponsori suatu riset untuk menyelidiki dampak anggaran terhadap manusia. Sejumlah penjelasan dan kesimpulan dari hasil riset mengenai perangkap keperilakuan pada anggaran dan pembuatan anggaran dalam banyak pemikiran masih bersifat sementara, dan oleh karena itu masih perlu disempurnakan.
Paradigma riset perilaku yang dilakukan oleh Steadry (1960) dalam disertasinya telah menggali pengaruh anggaran motivasional dengan menggunakan suatu eksperimen analog. Selanjutnya disusul oleh karya Benston (1963) serta Churcil dan Cooper (1965) yang memfokuskan pada akuntansi manajerial dan pengaruh fungsi akuntansi pada perilaku. Riset-riset ini berlanjut pada tahun 1970-an dengan satu rangkaian studi oleh Mock (1969-1973), Barefield (1972), Magee dan Dickhout (1978), Benbasat dan Dexter (1979). Fokus dari studi-studi tersebut adalah pada akuntansi manajerial, namun penekanannya mengalami pergeseran dari pengaruh fungsi akuntansi ke perilaku terhadap pemrosesan informasi oleh pembuat keputusan. Studi yang mempengaruhi bidang ini dilakukan oleh Ashton (1974) dan Libby (1975), yang membantu membentuk suatu standar dalam desain eksperimental dan validitas internal untuk pertimbangan riset yang diikuti.
Mulai dari tahun 1960 sampai 1980-an, jumlah artikel mengenai akuntansi keperilakuan semakin meningkat. Artikel pertama menggambarkan mengenai akuntansi keperilakuan, sementara artikel selanjutnya membahas mengenai teori dan konsep ilmu pengetahuan keperilakuan dalam kaitannya dengan akuntansi serta implikasinya bagi prinsip-prinsip akuntansi dan praktisnya. Pertumbuhan studi akuntansi keperilakuan mulai muncul dan berkembang, terutama diprakarsai oleh akademisi profesi akuntan. Penggabungan aspek-aspek perilaku pada akuntansi menunjukkan adanya pertumbuhan minat akan bidang riset ini. Berbagai variabel perilaku yang terus dipelajari oleh para akuntan terkait dengan akuntansi dapat dilihat pada gambar dibawah ini,



F.     Landasan Teori dan Pendekatan Akuntansi Keperilakuan
Hidayati (2002) menjelaskan bahwa sebagai bagian dari ilmu keperilakuan (behavior science), teori-teori akuntansi keperilakuan dikembangkan dari riset empiris atas perilaku manusia dalam organisasi. Dengan demikian, peranan riset dalam pengembangan ilmu itu sendiri tidak diragukan lagi.
Dari Pendekatan Normatif ke Deskriptif
Pada awal perkembangannya, desain riset dalam bidang akuntansi manajemen masih sangat sederhana, yaitu hanya memfokuskan pada masalah-masalah perhitungan harga pokok produk. Seiring dengan perkembangan teknologi produksi, permasalahan riset diperluas dengan diangkatnya topic mengenai penyusunan anggaran, akuntansi pertanggungjawaban, dan masalah harga transfer. Meskipun demikian, berbagai riset tersebut masih bersifat normatif.
Pada tahun 1952 C. Argyris menerbitkan risetnya pada tahun 1952, desain riset akuntansi manajemen mengalami perkembangan yang signifikan dengan dimulainya usaha untuk menghubungkan desain system pengendalian manajemen suatu organisasi dengan perilaku manusia. Sejak saat itu, desain riset lebih bersifat deskriptif dan diharapkan lebih bisa menggambarkan kondisi nyata yang dihadapi oleh para pelaku organisasi.
Dari Pendekatan Universal ke Pendekatan Kontijensi
Riset keperilakuan pada awalnya dirancang dengan pendekatan universal (universalistic approach), seperti riset Argyris (1952), Hopwood (1972), dan Otley (1978). Tetapi, karena pendekatan ini memiliki banyak kelemahan, maka segera muncul pendekatan lain yang selanjutnya mendapat perhatian besar dalam bidang riset, yaitu pendekatan kontinjensi (contingency approach).
Berbagai riset yang menggunakan pendekatan kontinjensi dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi berbagai variabel kontinjensi yang mempengaruhi perancangan dan penggunaan sistem pengendalian manajemen. Secara ringkas, berbagai variabel kontinjensi yang mempengaruhi desain system pengendalian manajemen tersebut adalah sebagai berikut:
1.  Ketidakpastian (uncertainty) seperti tugas, rutinitas, repetisi, dan faktor-faktor eksternal lainnya.
2.  Teknologi dan saling ketergantungan (technology and interdependence) seperti proses produksi, produk masal, dan lainnya.
3.  Industri, perusahaan, dan unit variabel seperti kendala masuk ke dalam industri, rasio konsentrasi, dan ukuran perusahaan.
4.  Strategi kompetitif (competitive strategy) seperti penggunaan biaya rendah atau keunikan.
5.  Faktor-faktor yang dapat diamati (observability factor) seperti desentralisasi, sentralisasi, budaya organisasi dan lainnya
Chenhall dan Morris meneliti tentang hubungan antara variabel kontinjensi ketidakpastian lingkungan dan ketergantungan organisasi terhadap hubungan antara struktur organisasi dan persepsi atas manfaat sistem akuntansi. 

Selasa, 18 September 2012

PERPUSTAKAAN DIGITAL DAN TRANSAKSI VIRTUAL

 
A.    LATAR BELAKANG
Masalah utama yang di hadapi bangsa kita, khususnya dalam bidang pendidikan, di era globalisasi adalah rendahnya tingkat kualitas sumberdaya manusia. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah pengembangan minat baca dan kebiasaan membaca. Dari fakta tersebut, perpustakaan diharapkan sebagai pusat kegiatan pengembangan minat baca dan kebiasaan membaca. Perpustakaan mempunyai tanggungjawab yang besar terhadap peningkatan dan pengembangan minat dan kegemaran membaca. Hal ini dilatari oleh peran dan fungsi perpustakaan sebagai pusat pengembangan minat baca.

Dengan pesatnya perkembangan internet maka berdampak pada perkembangan kemudahan masyarakat menjangakau beberapa akses yang mungkin tidak terpikirkan dari awal dan kemudahan dalam menjangkau informasi yang sebenarnya sulit terjadi di dunia nyata. Penggunaan internet yang sejatinya sebagai akses informasi kini berubah menjadi alat yang berfungsi sebagai akses kemudahan untuk bisnis dan pemasaran, penjaulan, pelayanan pelanggan. Perpustakaan maya dan transaksi virtual adalah sampel yang mudah untuk dipahami karena keduanya sangat berkaitan. Produk informasi itu dapat beraneka ragam, diantaranya e-library, e-book, current information s ervice yang semuanya masuk dalam kategori perpustakaan digital ( digital library) di mana penyebaran informasi yang paling banyak dilakukan via internet serta kemudahan -kemudahan produk lainnya dalam bentuk digital yang bisa didapatkan dalam bentuk file dokumen doc, pdf, picture, grafik, peta dan lain sebagiannya yang media pembacanya menggunakan TI.

 1.      PERPUSTAKAAN MAYA (DIGITAL LIBRARY)
Perpustakaan atau library didefinisikan sebagai: tempat buku-buku yang diatur untuk dibaca  dan  dipelajari  atau  dipakai  sebagai  bahan  rujukan  (  The  Oxford  English Dictionary). Perpustakaan adalah salah satu unit kerja yang berupa tempat untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola, dan mengatur koleksi bahan pustaka secara sistematis untuk digunakan oleh pemakai sebagai sumber informasi sekaligus sebagai sarana belajar yang menyenangkan.
Perpustakaan Digital  adalah  sebuah  sistem  yang memiliki  berbagalayanan  dan obyek informasi yang mendukung akses obyek informasi tesebut melalui perangkat digital (Sismanto, 2008). Layanan ini diharapkan dapat mempermudah pencarian informasi di dalam  koleksi  obyek  informasi  seperti  dokumen,  gambar  dan  database  dalam  format digital  dengacepat,  tepat,  dan  akurat.  Perpustakaan digital  itu  tidak  berdiri  sendiri, melainkan terkait dengan sumber-sumber lain dan pelayanan informasinya terbuka bagi pengguna di seluruh dunia. Koleksi perpustakaan digital tidaklah terbatas pada dokumen elektronik pengganti bentuk cetak  sajaruang lingkup koleksinya malah  sampai  pada artefak digital yang tidak bisa digantikan dalam bentuk tercetak. Koleksi menekankan pada isi informasi, jenisnya dari dokumen tradisional sampai hasil penelusuran. Perpustakaan ini melayani mesin, manajer informasi, dan pemakai informasi. Semuanya ini demi mendukung manajemen koleksi, menyimpan, pelayanan bantuan penelusuran informasi.
Sismanto  (2008)  juga  mengungkapkabahwa  gagasan  perpustakaan  digital  ini diikuti Kantor Kementerian Riset dan Teknologi dengan program Perpustakaan Digital yang diarahkan memberi kemudahan akses dokumentasi data ilmiah dan teknologi dalam bentuk digital secara terpadu dan lebih dinamis. Upaya ini dilaksanakan untuk mendokumentasikan berbagai produk intelektual seperti tesis, disertasi, laporan penelitian, dan juga publikasi kebijakan. Kelompok sasaran program ini adalah unit dokumentasi dan informasi skala kecil yang ada di kalangan institusi pemerintah, dan juga difokuskan pada lembaga pemerintah dan swasta yang mempunyai informasi spesifik seperti kebun raya, kebun binatang, dan museum.
Perbedaan perpustakaan biasa dengan perpustakaan digital terlihat pada keberadaan koleksi. Koleksi digital tidak harus berada di sebuah tempat fisik, sedangkan koleksi biasa terletak pada sebuah tempat yang menetap, yaitu perpustakaan. Perbedaan kedua terlihat dari konsepnya. Konsep perpustakaan digital identik dengan internet atau kompoter, sedangkan konsep perpustakaan biasa adalah buku-buku yang terletak pada suatu tempat. Perbedaan ketiga, perpustakaan digital bisa dinikmati pengguna dimana saja dan kapan saja, sedangkan pada perpustakaan biasa pengguna menikmati di perpustakaan dengan jam-jam yang telah diatur oleh kebijakan organisasi perpusakaan.

a)      Dasar Pemikiran Perpustakaan Digital
Ada beberapa hal yang mendasari pemikiran tentang perlunya dilakukannya digitasi perpustakaan adalah sebagai berikut:
                           i.            Perkembangan teknologi informasi di Komputer semakin membuka peluang-peluang baru bagi pengembangan teknologi informasi perpustakaan yang murah dan mudah diimplementasikan oleh perpustakaan di Indonesia. Oleh karena itu, saat ini teknologi informasi sudah menjadi keharusan bagi perpustakaan  di Indonesia, terlebih untuk mengahadapi tuntutan kebutuhan bangsa Indonesia sebuah masyarakat yang berbasis pengetahuan - terhadap informasi di masa mendatang.
                    ii.            Perpustakaan sebagai lembaga edukatif, informatif, preservatif dan rekreatif yang diterjemahkan sebagai  bagian aktifitailmiah,  tempat  penelitian, tempat  pencarian data/informasi yang otentik, tempat menyimpan, tempat penyelenggaraan seminar dan diskusi ilmiah, tempat rekreasi edukatif, dan kontemplatif bagi masyarakat luas. Maka perlu didukung dengan sistem teknologi informasi masa kini dan masa yang akan datang yang sesuai kebutuhan untuk mengakomodir aktifitas tersebut, sehingga informasi dari seluruh koleksi yang ada dapat diakses oleh berbagai pihak yang membutuhkannya dari dalam maupun luar negeri.
                  iii.            Dengan fasilitas digitasi perpustakaan, maka koleksi-koleksi yang ada dapat dibaca/dimanfaatkan oleh masyarakat luas baik di Indonesia, maupun dunia internasional.
                  iv.            Volume pekerjaan perpustakaan yang akan mengelola puluhan ribu hingga ratusan ribu,  bahkan  bisa  jutaan  koleksi,  dengalayanan  mencakup  masyarakat  sekolah (peserta didik, tenaga kependidikan, dan masyarakat luas), sehingga perlu didukung dengan sistem otomasi yang futuristik (punya jangkauan kedepan), sehingga selalu dapat mempertahanan layanan yang prima.
                    v.            Saat  ini  sudah  banyak  perpustakaan,  khususnya  di  perguruan  tinggi  dengan kemampuan dan inisiatifnya sendiri telah merintis pengembangan teknologi informasi dengan mendigitasi perpustakaan (digital library) dan library automation yang saat ini sudah mampu membuat Jaringan Perpustakaan Digital Nasional (Indonesian Digital Library Network).

                  vi.            Awal adanya perpustakaan digital di Indonesia adalah eksperimen sekelompok orang di perpustakaan pusat Institut Teknologi Bandung (ITB). Mereka memprakarsai Jaringan Perpustakaan DigitaIndonesia bekerja sama  dengan Computer Network Research Group (CNRG) dan Knowledge Management Research Group (KMRG). Proyek ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi, menumbuhkan semangat berbagi pengetahuan antar pendidikan tinggi dan lembaga penelitian melalui pengembangan jaringan nasional perpustakaan. Proyek kecil ini kemudian mendapat sambutan positif dari berbagai pihak sehingga marak. Perpustakaan yang beralamat di www.indonesiadln.org itu  melibatkan  seratus  lembaga  lebih  untuk  menjadi  mitra dalam penyebaran pengetahuan berupa koleksi file digital melalui jaringan internet. Para anggota, di antaranya Litbang Depkes, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Magister Manajemen (MM ITB), Institut Agama Islam Negeri (IAIN), UniversitaCendrawasih (Uncen)Papua,  Universitas  Tadulako  (Untan)Sulawesi Tengah, dan Universitas Yarsi, Jakarta, aktif melakukan tukar-menukar data.

b)     Keunggulan dan  Kelemahan perpustakaan Digital

Beberapa keunggulan perpustakaan digital diantaranya adalah sebagai berikut. Pertama, long distance service, artinya dengan perpustakaan digital, pengguna bisa menikmati  layanan  sepuasnya, kapanpun dan  dimanapun.  Kedua,  akses  yang  mudah. Akses pepustakaan digitalebih mudah  dibanding dengan  perpustakaan konvensional, karena pengguna tidak perlu dipusingkan dengan mencari di katalog dengan waktu yang lama. Ketiga, murah (cost efective). Perpustakan digital tidak memerlukan banyak biaya. Mendigitalkan koleksi perpustakaan lebih murah dibandingkan dengan membeli buku. Keempat, mencegah duplikasi dan plagiat.  Perpustakaan digital lebih “aman, sehingga tidak akan mudah untuh diplagiat. Bila penyimpanan koleksi perpustakaan menggunakan format PDF, koleksi perpustakaan hanya bisa dibaca oleh pengguna, tanpa bisa mengeditnya. Kelima, publikasi karya secara global. Dengan adanya perpustakaan digital, karya-karya dapat dipublikasikan secara global ke seluruh dunia dengan bantuan internet.
Selain keunggulan, perpustakaan digital juga memiliki kelemahan. Pertama, tidak semua pengarang mengizinkan karyanya didigitalkan. Pastinya, pengarang akan berpikir- pikir tentang royalti yang akan diterima bila karyanya didigitalkan. Kedua, masih banyak masyarakat Indonesia yang buta akan teknologi. Apalagi, bila perpustakaan digital ini dikembangkan dalam perpustakaan di pedesaan.

c)      Proses dalam Perpustakan Digital

Suryandari (2007) mengungkapkan proses digitalisasi yang dibedakan menjadi tiga kegiatan utama, yaitu:
a)  Scanning, yaitu proses memindai (men-scan) dokumen dalam bentuk cetak dan mengubahnya ke dalam bentuk berkas digital. Berkas yang dihasilkan dalam contoh ini adalah berkas PDF.
b)  Editing, adalah proses mengolah berkas PDF di dalam komputer dengan cara memberikan password, watermark, catatan kaki, daftar isi, hyperlink, dan sebagainya. Kebijakan mengenai hal-hal apa saja  yang perlu diedit dan dilingdungi di dalam berkas tersebut disesuaikan dengan kebijakan yang telah ditetapkan perpustakaan. Proses  OCR  (Optical  Character  Recognition)  dikategorikan pula  ke  dalam  pross editing. OCR adalah sebuah proses yang mengubah gambar menjadi teks. Sebagai contoh, jika kita memindai sebuah halaman abstrak tesis, maka akan dihasilkan sebuah berkas PDF dalam bentuk gambar. Artinya, berkas tersebut tidak dapat dioleh dengan program pengolahan kata.
c)    Uploading,  adalah  proses  pengisian  (input)  metadata  dan  meng-upload  berkas dokumen tersebut ke digital library. Berkas yang di-upload adalah berkas PDF yang berisi full text karya akhir dari mulai halaman judul hingga lampiran, yang telah melalui proses editing.
Di bagian akhir, ada dua buah server. Server pertama yaitu sebuah server yang berhubungan dengan intranet, berisi seluruh metadata dan full text karya akhir yang dapat diakses oleh seluruh pengguna di dalam Local Area Network (LAN) perpustakaan yang bersangkutan. Sedangkan server kedua adalah sebuah server yang terhubung ke internet, berisi metadata dan abstrak karya tersebut. Pemisahan kedua server ini bertujuan untuk keamanan data. Dengan demikian, full tekt sebuah karya hanya dapat diakses dari LAN, sedangkan melalui internet, sebuah karya hanya dapat diakses abstraknya saja.

d)     Insfratruktur Perpustakaan Digital

Berikut ini akan dijelaskan beberapa infrastruktur perpustakaan digital. Kebutuhan dalam  perpustakaan  digital  adalah  perangkat  keras,  perangkat  lunak,  dan  jaringan komputer sebagai elemen-elemen penting infrastruktur sebuah perpustakaan digital.
Perangkat utama yang diperlukan dalam perpustakaan digital adalah komputer persona(PC),  internet  (inter-networking), dan  world  wide  web  (WWW).  Ketiga  hal tersebut memungkinkan adanya perpustakaan digital.
Perpustakaan digital juga memerlukan sistem informasi. Sucahyo dan Ruldeviyani (2007) mengungkapkan bahwa ada tiga elemen penting yang diperlukan dalam pengembangan sistem informasi, yaitu pernagkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan manusia (brainware).
Perangkat keras yang dimaksud adalah sebagai berikut: (1) Web server, yaitu server yang akan melayani permintaan-permintaan layanan web page dari para pengguna internet; (2) Database server, yaitu jantung sebuah perpustakaan digital karena di sinilah keseluruhan koleksi disimpan; (3) FTP server, yaitu untuk melakukan kirim/terima berkas melalui jaringan komputer; (4) Mail server, yaitu server yang melayani segala sesuatu yang berhubungan dengan surat elektronik (e-mail); (5) Printer server, yaitu untuk menerima permintaan-permintaan pencetakan, mengatur antriannya, dan memprosesnya; (6) Proxy server, yaitu untuk pengaturan keamanan penggunaan internet dari pemakai- pemakai yang tidak berhak dan juga dapat digunakan untuk membatasi ke situs-situs yang tidak diperkenankan.
Perangkat lunak yang paling banyak digunakan adalah Apache yang bersifat open source  (bebas  terbuka-gratis). Untuk  yanmengunakan Microsoft, terdapat  perangkat lunak untuk web server yaitu IIS (Internet Information Sevices).
Sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam sistem informasi ini adalah (1) Database Administrator, yaitu penanggungjawab kelancaran basis data, (2) Network Administrator, yaitu penanggungjawab kelancaran operasional jaringan komputer, (3) System Administrator, yaitu penanggungjawab siapa saja yang berhak mengakses sistem, (4) Web Master, yaitu penjaga agar website beserta seluruh halaman yang ada di dalamnya tetap  beroperasi sehingga bisa diakses  oleh pengguna dan  (5)  Web  Designeryaitu penanggungjawab rancangan tampilan website sekaligus mengatus isi website.


1.     TRANSAKSI VIRTUAL

Salah satu karakteristik utama era teknologi  informasi adalah bisnis secara    elektronik atau yang lebih dikenal dengan istilah e-business atau e-commerce. Model bisnis ini menekankan pertukaran informasi dan transaksi bisnis yang bersifat paperless, melalui Electronic Data Interchange (EDI), E-mail, electronic bulletin boardselectronic fund transfer, dan teknologi lainnya yang juga berbasis jaringan. Popularitas e-business di penghujung abad 20 dan di awal milenium baru ini ditunjang oleh tiga faktor pemicu utama, yaitu (1) faktor pasar dan ekonomi, diantaranya kompetisi yang semakin intensif, perekonomian global, kesepakatan dagang regional, dan kekuasaan konsumen yang semakin bertambah besar, (2) faktor sosial dan lingkungan, seperti  perubahan karakteristik angkatan kerja, deregulasi pemerintah, kesadaran dan tuntutan akan praktis etis, kesadaran dan tuntutan akan praktis etis, kesadaran akan tanggung jawab sosial perusahaan, dan perubahan politik, dan (3) faktor teknologi, meliputi singkatnya usia siklus hidup produk dan teknologi, inovasi yang muncul hampir  setiap waktu, information overload, dan berkurangnya rasio biaya teknologi terhadap kinerja.

1.      Perspektif  dan Perkembangan E-Commerce
Istilah e-business berkaitan erat dengan e-commerce. Bagi sebagian kalangan, istilah e-commerce diartikan secara sempit sebagai transaksi jual beli produk, jasa dan informasi antar mitra bisnis lewat jaringan komputer, termasuk internet. Sedangkan e-business mengacu pada lingkup yang lebih luas dan mencakup pula layanan pelanggan, kolaborasi dengan mitra bisnis, dan transaksi elektronik internal dalam sebuah organisasi Meskipun demikian, istilah e-commerce sebenarnya dapat di definisikan berdasar 5 perspektif
a.       On-line  purchasing perspective. Sistem yang memungkinkan pembelian dan penjualan produk dan informasi melalui internet dan jasa online lainnya.  Fokus dalam perspektif ini adalah transaksi secara online.
b.      Digital communications perspective. Sistem yang memungkinkan pengiriman informasi  secara  digital tentang  suatu  produk, jasa dan pembayaran online. Fokus dalam perspektif ini adalah komunikasi secara elektronis.
c.       Service  perspective.  Sistem yang memungkinkan upaya menekan biaya, menyempurnakan kualitas produk dan informasi instan terkini, dan meningkatkan kecepatan penyampaian jasa.  Fokus dalam perspektif ini adalah Efisiensi dan layanan pelanggan.
d.      business process perspective. Sistem yang memungkinkan otomatisasi transaksi bisnis dan aliran kerja Fokus dalam perspektif ini adalah  otomatisasi proses bisnis
Market of one perspective.  Sistem yang memungkinkan proses ‘Customization’ produk dan jasa untuk diadapatasikan pada kebutuhan dan keinginan setiap pelanggan secara efisien.  Fokus dalam perspektif ini adalah process customization.
 Dengan demikian, pada hakikatnya dalam lingkup yang lebih  luas e-commerce bisa dikatakan ekuivalen atau sama dengan e-busines. Ruang lingkup e-commerce dapat  dilihat pada  gambar 7.1 .    E- Business, merupakan lingkup aktivitas perdagangan secara elektronik dalam arti  luas.  Sedangkan  e-commerce merupakan  lingkup perdagangan yang dilakukan secara elektronik , dimana didalam termasuk : Perdagangan melalui internet (Internet commerce).  Perdagangan dengan fasilitas Web Internet (Web commerce),  Perdagangan dengan sistem pertukaran data terstruktur secara elektronik  (Electronic Data Interchange – EDI ).

Pergeseran ini ditandai dengan perubahan dari geographic business model (location based) menjadi global business model (virtual marketspace). Dalam traditional marketplace, lalu lintas informasi, produk/jasa, dan pembayaran bersifat fisik (location based). Dengan kata lain, model bisnis yang berlaku adalah geographic business model. Sebaliknya, dalam dunia virtual marketplace, aliran informasi produk, proses komunikasi antara produsen dan konsumen, distribusi barang/jasa dan transaksi berlangsung dalam dunia maya/virtual.
Dalam dunia virtual, batas-batas geografis sudah tidak lagi relevan, karena model bisnisnya adalah global business model. Setiap orang yang memiliki akses ke internet dapat mengambil bagian dalam model bisnis mutakhir ini, misalnya dengan melakukan browsing di internet untuk mencari informasi mengenai produk, produsen, dan harga, men- down load perangkat lunak atau data tertentu, mengirim e-mail kepada produsen, melakukan chatting dengan konsumen lain, melakukan transaksi pembayaran dengan aneka fasilitas mutakhir (seperti kartu kredit, smart card, internet interface maupun automatic ordering ), dan sebagainya.
Lebih lanjut, e-business bisa di klasifikasikan berdasarkan  karakteristik   transaksi  menjadi enam jenis  yaitu sebagai berikut  : 
a.         Business-to-Business (B2B), meliputi transaksi IOS (Inter Organizational System) dan transaksi pasar elektronik (electronic market transactions) antar organisasi. Tipe-tipe IOS antara lain berupa EDI, extranets, electronic funds transfer, electronic forms, integrated messaging, shared databases, dan supply chain management. Hingga saat ini tipe B2B adalah yang paling dominan dalam praktek e-business.
b.      Business-to-Consumer (B2C), yaitu transaksi ritel dengan pembeli individual Contohnya antara lain www.amazon.com, www.barnesandnoble.com, www.elexmedia.co.id, htttp://commerce.i -2.co.id/dagadu, www.togamas.com, dan www.indonesiancd.com.
c.       Consumer-to-Consumer (C2C), dimana konsumen menjual produk secara langsung kepada konsumen lainnya. Biasanya individu mengiklankan produk, jasa, pengetahuan, maupun keahliannya disalah satu situs lelang atau classified ads. Contohnya meliputi www.bekas.com dan www.classified2000.com.
d.      Consumer-to-Business (C2B), meliputi individu yang menjual produk atau jasa kepada organisasi, serta individu yang mencari penjual,bertransaksi dengan penjual tersebut, dan melakukan transaksi.
e.       Non-Business Electronic Commerce; terdiri dari institusi non bisnis seperti lembaga pendidikan, organisasi nirlaba, organisasi keagamaan, organisasi sosial, dan instansi pemerintah (contohnya, www.bapenas.go.id), www.bps.go.id, www.komnas.go.id, dan www.bppt.go.id). Umumnya organisasi non bisnis menggunakan berbagai tipe e-commerce untuk keperluan menekan biaya atau meningkatkan layanan pelanggan dan operasi.
f.       Intrabusiness (organizational) electronic commerce, meliputi semua aktivitas internal organisasi yang biasanya dilakukan melalui intranet meliputi pertukaran barang, jasa atau informasi. Aktivitas internal bisa bermacam-macam, mulai dari menjual produk korporat kepada para karyawan hingga aktivitas pelatihan online.

Secara garis besar Manfaat E-business bagi Organisasi, Konsumen, dan Masyarakat Luas  adalah sebagai berikut :
a.       Bagi Organisasi.  Memperluas pasar hingga mencakup pasar nasional dan pasar global, sehingga perusahaan bisa menjangkau lebih banyak pelanggan, memilih pemasok terbaik, dan menjalin relasi dengan mitra bisnis yang dinilai paling cocok.   Menekan biaya menyusun, memproses, mendistribusikan, menyimpan, dan mengakses informasi berbasis kertas (paperbased information). Memungkinkan perusahaan mewujudkan bisnis yang sangat terspesialisasi. Contohnya :www.dogtoys.com, www.cattoys.com, dan www.pawprintbooks.com
Menekan biaya persediaan dan overhead dengan cara memfasilitasi manajemen rantai nilai bertipe “pull”, yang prosesnya berawal dari pesanan pelanggan dan menggunakan pemanufakturan just-intime (JIT).
Memungkinkan perusahaan untuk menerapkan mass customization terhadap produk dan jasanya.  Menekan waktu antara pembayaran dan penerimaan produk/jasa.  Meningkatkan produktivitas karyawan melalui rekayasa ulang proses bisnis.  Menekan biaya telekomunikasi.  Manfaat-manfaat lainnya, seperti citra yang lebih baik, layanan pelanggan yang lebih bagus, proses yang lebih sederhana, mitra bisnis yang baru, waktu siklus dan pengiriman yang lebih singkat, akses terhadap informasi yang lebih luas, biaya transportasi yang lebih murah, dan fleksibilitas yang lebih tinggi.
b.      Bagi  Konsumen.  Memungkinkan konsumen berbelanja atau melakukan transaksi lainnya setiap saat (24 jam sehari) dan dari hampir semua lokasi. Memberikan pilihan produk dan pemasok yang lebih banyak kepada pelanggan. Memungkinkan  konsumen dalam mendapatkan produk dan jasa yang lebih murah, karena konsumen bisa berbelanja di banyak tempat dan melakukan perbandingan secara cepat.  Dalam beberapa kasus, terutama produk yang terdigitalisasi, e-business memungkinkan pengiriman produk secara cepat dan real-time.   Memungkinkan pelanggan  untuk berpartisipasi dalam lelang virtual. Memungkinkan pelanggan berinteraksi dengan pelanggan lainnya dalam electronic communities dan saling bertukar gagasan serta pengalaman. Memfasilitasi kompetisi yang mengarah pada diskon substansial bagi pelanggan.
c.       Masyarakat Luas.  Memungkinkan lebih banyak orang bekerja di rumah dan lebih jarang bepergian untuk berbelanja, sehingga kemacetan dan polusi udara bisa berkurang.   Memungkinkan beberapa  jenis barang dijual dengan harga murah, sehingga bisa terjangkau oleh orang yang kurang mampu.  Memungkinkan masyarakat  di negara berkembang dan  kawasan pedalaman menikmati produk dan jasa yang relatif langka di tempat tinggalnya, termasuk di dalamnya belajar jarak jauh lewat euniversity.  Memfasilitasi penyampaian jasa publik, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, dan distribusi layanan sosial pemerintah secara lebih murah dan  atau berkualitas.


2.      Peluang dan Tantangan E-Commerce
Perkembangan teknologi  internet berdampak pada perubahan cara organisasi merancang, memproses, memproduksi, memasarkan, dan menyampaikan produk. Lingkup persaingan yang semakin luas juga menuntut integrasi dan koordinasi antara departemen sistem informasi, pemasaran, layanan pelanggan, dan departemendepartemen lainnya dalam organisasi. Beraneka ragam peluang pemanfaatan internet yang bisa di eksploitasi meliputi:
a.       Sumber baru untuk informasi pasar
b.      Individualized  / customized marketing
c.       Cara baru menjalin relasi online dengan pelanggan dan membangun citra merk (interactive marketing);
d.      Peluang baru bagi distribusi produk dan komunikasi pemasaran.
Menekan waktu siklus dan tugas-tugas administratif (terutama untuk pemasaran internasional) mulai dari pesanan hingga pengiriman produk. Layanan pelanggan yang lebih responsif dan memuaskan, karena pelanggan bisa mendapatkan informasi lebih rinci dan merespon cepat secara online.  Memfasilitasi mass customization yang telah diterapkan pada sejumlah produk seperti komputer (Dell Computer Inc.), kosmetik ( mobil, rumah, permata. Bingkisan hadiah (gift), kartu ucapan, bunga, asuransi, jasa perjalanan wisata, buku, CD, mebel, arloji, T-shirt, dan berbagai macam produk lainnya. Memudahkan aplikasi one-to-one atau direct advertising yang lebih efektif dibandingkan mass advertising.  Menghemat biaya dan waktu dalam menangani pesanan, karena sistem pemesanan elektronis memungkinkan pemrosesan yang lebih cepat dan akurat.  Menghadirkan pasar maya/virtual (marketspace) sebagai komplemen pasar tradisional (marketplace).
Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan transaksi melalui E-commerce bagi suatu perusahaan adalah sebagai berikut :
a.       Meningkatkan pendapatan dengan menggunakan online channel yang biayanya lebih  murah.
b.      Mengurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan kertas, seperti biaya pos surat pencetakan, report, dan sebagainya.
c.       Mengurangi keterlambatan dengan mengunakan transfer elektronik / pembayaran yang tepat waktu dan dapat langsung dicek.
d.      Mempercepat pelayanan ke pelanggan, dan pelayanan lebih responsif. 

Pada proses perdagangan dengan e-commerce terjadi efisiensi pada penggunaan fax, pencetakan dokumen, entry ulang dokumen, serta jasa kurir.  Efisiensi tersebut akan menunjukkan pengurangan biaya dan waktu/kecepatanproses. Kualitas transfer data pun lebih baik, karena tidak dilakukan entry ulang yang memungkinkan terjadinya human error.

Secara ringkas e-commerce mampu menangani masalah berikut :
a.       Otomatisasi,  proses otomatisasi yang menggantikan proses manual.
b.      Integrasi, proses yang  terintegrasi   akan  meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses.
c.       Publikasi, memberikan jasa promosi dan komunikasi atas produk dan jasa yang dipasarkan.
d.  Interaksi , pertukaran data atau informasi antar berbagai pihak yang  akan   
     meminimalkan “human error”
     e.  Transaksi,  kesepakatan antara dua  pihak untuk melakukan transaksi yang melibatkan 
          institusi lainnya  sebagai pihak yang  menangani pembayaran.
2Rancangan Aplikasi  E-Commerce
Gambaran aplikasi e-commerce akan diuraikan sebagai berikut. Mula-mula aplikasi akan menampilkan daftar barang yang tersedia. Lalu pengguna dapat memilih beberapa item yang ingin dibeli. Pada saat pengguna memilih suatu item barang, identitas barang tersebut dicatat, dan selanjutnya user dapat melanjutkan berbelanja / memilih item yang lain. Server mengingat item apa saja yang telah dipesan. Pada saat pengguna melanjutkan browsing, server memelihara track pengguna tersebut dan pengguna tersebut dapat melakukan check out  terhadap item-item yang telah dipesan.
Proses yang ada dalam e -commerce adalah sebagai berikut :
§  Presentasi electronis (Pembuatan Web site) untuk produk dan layanan.
§  Pemesanan secara langsung dan tersedianya tagihan.
§  Otomasi account Pelanggan secara aman (baik nomor rekening maupun nomor Kartu  Kredit).
§  Pembayaran yang dilakukan secara Langsung (online) dan penanganan 
      transaksi
 A). Kesimpulan.
Perpustakaan Digital  adalah  sebuah  sistem  yang memiliki  berbagalayanan  dan obyek informasi yang mendukung akses obyek informasi tesebut melalui perangkat digital. Tumbuhnyperpustakaan  digital  disebabkan  oleh  beberapa  pemikiran.  Perpustakaan digital juga memliki kelemahan dan keunggulan. Selain itu, pembentukan perpustakaan digital melewati beberapa proses, yaitu scanning, editing, dan uploading.
Kebutuhan dalam perpustakaan digital adalah perangkat keras, perangkat lunak, dan jaringan komputer sebagai elemen-elemen penting infrastruktur sebuah perpustakaan digital. Namun, perangkat utama yang diperlukan dalam perpustakaan digital adalah komputer personal (PC), internet (inter-networking), dan world wide web (WWW). Ketiga hal tersebut memungkinkan adanya perpustakaan digital.
1)   Kemunculan e-commerce memberikan beberapa dampak positif bagi aktivitas pemasaran  diantaranya :  Memudahkan promosi produk dan jasa secara interaktif dan real time melalui saluran komunikasi langsung via internet. Menciptakan saluran distribusi baru yang bisa menjangkau lebi banyak pelanggan di hampir semua belahan dunia.  Memberikan penghematan signifikan dalam hal biaya pengirima informasi dan produk terdigitalisasi (contohnya: perangkat lunak dan musik).
2)   Implementasi e-busines menuntut pergeseran paradigma secara fundamental, dari yang semula marketplace yang menekankan interaksi secara fisik antara penjual dan pembeli menjadi marketspace yang mengandalkan transaksi elektronik. Pergeseran ini ditandai dengan perubahan dari geographic business model (location based) menjadi global business model (virtual marketspace). Dalam traditional marketplace, lalu lintas informasi, produk/jasa, dan pembayaran bersifat fisik (location based).
3)   E - commerce menuntut kompetensi, komitmen, kreativitas, dan fleksibilitas karyawan dalam beradaptasi dengan setiap perubahan lingkungan yang ramping; bercirikan pemberdayaan dan desentralisasi wewenang, beranggotakan knowledge based workers; mampu beradaptasi secara cepat dengan teknologi baru dan perubahan lingkungan (learning organisation); mampu dan berani bereksperimen dengan produk, jasa, maupun proses baru; dan mampu mengelola perubahan secara strategik.