Selasa, 15 Mei 2012

Nilai Egoisme Akuntansi Modern



Egoisme akuntansi modern secara umum direfleksikan dalam konsep akuntansi ekuitas yang dianutnya, yaitu entity theory. Dalam teori ini, income menjadi informasi yang sangat penting bagi pemilik sebagaimana diungkap Kam di bawah ini:
Bagi entity theory, penekanan dilakukan pada penentuan income, dan oleh karena itu laporan rugi laba lebih penting dari pada neraca. Penekanan pada income mempunyai dua alas an: (1) equity holder terurtama mempunyai kepentingan terhadap income, karena jumlah ini menunjukkan hasil investasi mereka dalam periode tersebut; dan (2) perusahaan akan eksis bila menghasilkan laba (1990,307-8)
Menurut pandangan teori ini, perusahaan akan eksis bila ia mampu menciptakan income. Dan income ini semata-mata diperuntukkan pada pemegang saham (the concept income for stockholders). Secara eksplisit dalam hal ini, Kam (1990, 315) mengatakan bahwa “the traditional accounting income is a measure of wealth created for the benefit of stockholders”. Memperuntukkan income semata-mata kepada pemegang saham merupakan bentuk pandangan yang sangat sarat dengan nilai egoisme.
Egoisme akuntansi modern merupakan sebuah “kewajaran” dalam konteks kapitalisme. Namun demikian, kita juga menyadari bahwa kapitalisme memberikan kontribusi yang sangat destruktif dalam kehidupan ekonomi, politik, dan bahkan budaya masyarakat (disamping kontribuisi positif lainnya).
Wacana kapitalisme tidak bisa lepas dari diskursus tentang teori hak milik awal berkisar di seputar perdebatan antara pandangan atas hak milik sebagai hak asasi atau sebagai hak yang artificial. Locke adalah orang pertama yang mengemukakan pembelaan bagi milik dengan jumlah tak terbatas sebagai hak kodrari individu, bahkan lebih awal dari bentuk pemerintahan serta lebih unggul dari pemerintahan itu (Macpherson 1989, 19-35). Banyak orang yang mengutarakan pembelaan secara umum terhadap suatu bentuk pemerintahan yang terbatas namun pembaharuan besar yang dilakukan oleh Locke adalah legitimasi atas persoalan tersebut sebagai hal yang perlu dilakukan sejauh untuk melindungi milik yang terbatas. Menurut pendapatnya, sejak masyarakat mulai beradab untuk melindungi milik pribadi mereka, maka tidakklah mungkin suatu masyarakat yang beradab ini menghendaki merampas sebagian milik dari seseorang kecuali perlu untuk melindungi milik sebagai peranata dan pemerintahan-misalnya melalui pajak untuk mempertahankan hukum dan pemerintahan-yang kekuasaannya secara hukum adalah kekuasaan yang didelegasikan oleh seluruh masyarakat beradab itu, yang dengan demikian tidak pernah dapat memiliki hak untuk mengganggu gugat milik seseorang melebihi apa yang dibutuhkan untuk melindungi milik.
Teori Locke yang mendasari teori Adam Smith berbicara tentang hak milik pribadi baik dalam pengertian yang sempit maupun yang lebih luas (Keraf 1997, 69-74). Dalam pengertian sempit, hak milik priabdi mengacu kepada barang-barang milik atau kepemilikan atas benda tersebut. Dan bagi Locke, hak atas barang milik dianggap sebagai hak asasi. Dalam pengertian yang lebih luas, hak milik pribadi mencakup semua hak asasi, yang berarti pula mencakup hak atas hidup, kebebasan dan barang milik. Jadi bagi Locke, milik pribadi tidak hanya menyangkut barang-barang eksternal, tetapi juga apa yang menjadi bagian dari pribadi seseorang.
Beranjak dari Locke yang sangat mengutamakan kemutlakan hak milik, bersama Bentham dapat dijumpai gagasan tentang pemilikan yang semakin memperkuat dorongan untuk akumulasi kekayaan (Macpherson 1989,49-72). Bentham mendasarkan semua hak atas milik dan hak-hak pemerintah atas azas kegunaan atau kebahagiaan terbesar yang diukur dengan banyaknya kesenagan yang melebihi penderitaan, posisi yang khas bagi para pendukung utilitarianisme. Bagi Bentham, milik tidak lain adalah landasan harapan untuk memperoleh keuntungan-keuntungan tertentu dari suatu benda yang dimiliki sebagai akibat terdapatnya hubungan pada benda itu.
Pengaruh dari beberapa gagasan di atas terlihat jelas pada bentuk akuntansi modern khususnya laporan rugi-laba (income statement), laporan laba ditahan (Retained earning statement), dan neraca (balance sheet). Pada laporan rugi-laba informasi yang sangat diutamakan adalah income. Kemudian income ini secara akumulatif disajikan dalam laporan laba yang ditahan yang pada dasarnya menyajikan akumulasi laba yang diperoleh perusahaan sejak perusahaan didirikan hingga periode saat menyusun laporan keuangan. Selanjutnya pada neraca juga akan terlihat pada sub ekuitas yang menginformasikan saham yang beredar dan laba yang berhasil diakumulasikan.
Pada tatanan pragmatik, bentuk ini mempengaruhi prilaku para penggunanya. Sebagai contoh misalanya, untuk melihat seberapa besar tingkat return yang diperoleh perusahaan, maka seorang pengguna informasi akuntansi akan melihat angka-angka income dan total assets atau total investment (return on investment). Angka yang diperoleh dari formula return on investment ini akan mempengaruhi keputusan yang akan diambil. Dari sini terlihat jelas bagaimana informasi akuntansi mempengaruhi para penggunanya.



0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejak anda jika merasa tulisan dan artikel ini berguna